Selasa, 03 Maret 2015

Bait Lusuh Tentang Rindu



Rindu
Kata yang sedari tadi berkedip muncul dalam tiap ketikan kursor

Rindu
Yang sering mengisi bait sendu
Atau roman picisan yang terbalut lagu

Rindu
Harus bertuankah sebuah rindu?

Lalu dari manakah ia hadir lalu terus mengganggu?

Ia seperti udara
Jangan kau tanya milik siapa
Atau kau berusaha menggenggam erat
Yang dapat kau tahu hanya siapa pencipta dan siapa yang dikehendaki untuk menghirupnya

Rindu
Serupa mahkota dandelion terbang
Lalu jatuh di berbagai tempat
Tumbuh menjadi dandelion baru
Dan engkau atau siapapun memetik dan meniupnya
Akan terus terbang dan tumbuh dandelion-dandelion lagi

Rindu
Milik siapakah kuasa sebuah temu?
Katamu temu adalah penawar rindu(?)
Apakah harus kuganti kata dan judul sajak lusuh ini menjadi ‘temu’ saja?
Bukankah temu adalah klimaks dari sebuah rindu?
Lalu mengapa justru rindu yang begitu bertebaran dan menyisip di antara sajak dan mendominasi roman-roman?

Menyiksa?
Lalu mengapa engkau menikmatinya?

Melelahkan?
Lalu mengapa engkau terus menjalaninya?

Rumit?
Ya, bahkan berbelit seperti bait-bait sebelumnya
Namun engkau terus membacanya

Siksaan imajiner yang begitu mempesona
Pengisi sepi yang begitu lihai menyiksa

Yang mengaku hadir karena jarak atau waktu

Rindu
Bahkan engkau belum kenal dengannya bukan?
Namun akhir-akhir ini kau sudah terlalu akrab dengannya
Lalu tertuang dalam bait lusuh dan bisu


Sukoharjo, 03032015/01.38

2 komentar: