Sabtu, 07 Februari 2015

Tentang Tetes Hujan

Sore ini aku tertegun menatap tetes hujan di teras-teras toko tempat aku berteduh
Hujan deras..
Aku sudah akrab dengannya
Namun kali ini berbeda
Ada satu sudut pikiranku yang bertanya 'Sampai manakah tetesnya?'

Sepasang manusia tertegun tentang hujan di tempat berbeda
Namun dengan pikiran yang sama
'Apakah tetes di sini mungkin bertemu tetes hujan di sana?'


Hari ini aku menetes di banyak tempat
Menemui beragam manusia
Ada yang mengumpat ketika aku datang, ada yang berucap syukur, berdoa di antara deru derasku, dan ada yang tertegun menatapku
Apa yang ingin kau tanyakan padaku wahai manusia? Kenapa engkau sedari tadi termangu menatapku?
Tahukah, beratuskilo jauhnya di sana seseorang sedang menatap diriku yang lain dengan cara yang sama sepertimu
Dari aku merintik hingga aku menderas



Kutinggalkan teras toko ini
Kutembus tetes-tetes ini
Meninggalkan bayangku yang sedari tadi tertegun di sana terus bertanya pada hujan


Lihat!
Kalian kini menembus tetesku meskipun di tempat berbeda
Lalu kapan kalian bisa menari bersamaku dalam ruang yang tak berbeda?
Atau menembus tetesku dalam satu payung yang sama?




-Padamu, yang akhir-akhir ini bergumul dengan rindu
Dan aku yang sibuk dengan menunggu-

Sukoharjo 07021015/10.39

Senin, 02 Februari 2015

Tipe-tipe Pengendara



“Awas Ta!” *nunduk*
KROSAAKKK BUKK SREETTTT
“Kan dibilangin awas. Kena kan.”
“Lah ibu bilangnya telat.”
Itulah cuplikan percakapan sebuah adegan di mana seorang anak dibonceng ibunya, lalu tiba-tiba ada ranting dengan daun rimbun menghadang di depannya. Dan tentu kamu tahu apa yang terjadi bukan?

Ibuku bukan seorang geng motor, ataupun mantan komunitas suatu jenis motor. Boro-boro ikut geng motor, tiap naik motor aja kecepatannya di bawah 50km/jam dengan bumbu-bumbu ngerem mendadak dan nyinyirin orang yang sembarangan dalam berkendara (Oke, sekarang kamu tahu kan aku nurun nyinyir dari siapa). Saking selow-nya berkendara kadang aku sering ketiduran pas dibonceng, bangunnya? Pas ibu ngerem mendadak. Iya men, ngerem MENDADAK pake tetep digas pula.
Dita (Perempuan, 18 tahun): *pegeng es teh, nggak pake helm karna abis dijemput*
Ibu (Permpuan, 51 tahun): *Pake helm dan berkendara dengan indahnya*
*Lalu negara api menyerang, ada seseorang di jalan yang dikenal ibu*
Ibu: *ngerem mendadak* eh bu.. pripun kabar?
Dita: *keselek es teh* *mukanya nabrak helm*

Ibu paling ganas kalau lagi nyebrang. Ngomel ke orang-orang yang nggak mau ngalah. Jadi istilah ‘Semakin ngebut, semakin dekat dengan Tuhan’ sepertinya terpatahkan dengan cara berkendara ibu. Ibu pelan-pelan aja bikin senam jantung.

Oke cukup nggibah ibu-nya *eh *anak durhaka*
Kali ini kita akan membahas tipe-tipe orang berkendara yang sering aku temuin mulai dari jalan raya (yaeyalah), hingga lampu merah.

1.     Tipe Pembalap Tak Punya Arena
Tipe ini sangat mudah ditemui di jalan-jalan. Didomonasi oleh anak muda dan bapak-bapak. Mereka sudah tak peduli dengan nyawa sendiri, apalagi nyawa orang lain. Salip kanan, salip kiri, gas pol, rem blong. Kalau jatuh? Kalau masih diberi kesempatan sembuh dia bakal ngebut lagi. Kalau enggak? Yaudah, kan seperti motto-nya ‘Semakin ngebut, semakin dekat dengan Tuhan’.
Gaes-gaes.. ingatlah gaes. Jalan yang buat kau ngebut itu bukan jalan embahmu (meskipun embahmu juga ikut mbangun sekalipun sih). Banyak pengguna lain, yang ditunggu keluarganya di rumah. Yang kadang nggak salah pun ikut nanggung gara-gara kebiasaanmu ngebut itu menemui celaka.

2.      Tipe Alon-alon Asal Kelakon
Melaju antara 40-60km/jam, mepet ke pinggir, ngeremnya syahdu. Pengendara tipe ini mayoritas adalah ibu-ibu dengan rok ‘cupet’ yang susah mindah gigi, atau kalau matic syusah mengendalikan rok ketika mau berhenti.

3.      Tipe Ngebut Enggak, Pelan juga Enggak.
Ini masuk jajaran orang-orang safety riding. Mengutamakan keselamatan daripada kecepatan. Tapi kadang ada juga yang melajunya di tengah-tengah, dan disalip nggak mau, suruh cepet nggak mau. Kan zbl.

4.      Tipe Anak Racing
Sepeda motor prethelan, modif sana-sini, knalpot blong. Suaranya.. masyaallah. Anak-anak ini sering ditemui di lampu merah dengan penampilan motor yang mencolok, dan suara knalpot yang berisik. Digas-gas gitu. Bukan karna gaul, tapi kalau berhenti digas mati mesinnya *elah. Kadang di jok belakangnya nangkring seorang cewek pecel lele (pecinta celana legging leopard). Atau kalau di daerahku sering dipanggil kimcil racing (tolong, please, jangan tanya kimcil itu apa. Cari sendiri yess)

5.      Tipe Ibu-ibu/Bapak-bapak Desperate
Lampu sein yang hidup kanan, dia beloknya ke kiri. Kalau ketabrak, malah ngomel-ngomel terus nyalahin yang nabrak. Padahal kan... syudahlah.
Awal hari -> ngidupin motor -> belok kanan, idupin lampu sein kanan -> lupa matiin -> belok lagi, nggak ngidupin lampu sein -> pulang, dimatiin dalam keadaan lampu sein masih ke kanan -> besok lagi dihidupin, terus berangkat baru tau kalau belum mati pas mau belok -> dimatiin, tapi nanti lupa lagi. Gitu aja terus sampai negara api menyerang lagi.


Keep safety gaes

6.      Tipe Lampu-Merah-Masih-3-Detik-Tapi-Udah-Jalan
Tipe ini sebenernya kalau ditilik lebih mengerikan dibanding tukang ngebut. Bayangin, ketika lampu merah masih tiga detik lalu dia udah ngebut sedangkan dari arah kiri/kanan juga sama-sama ngebut padahal lampu udah kuning. Kamu tahu kan kira-kira yang kan terjadi? Jadi hargailah lampu lalu lintas meskipun hanya beberapa detik. Karena sesungguhnya kecelakaan lalu lintas hitungannya hanya detik men! Hal ini juga berlaku di palang perlintasan kereta api. Please, apa susahnya nunggu barang beberaopa detik atau menit sih demi nyawa? Nunggu jodoh tak kunjung dateng selama bertahun-tahun aja kuat, masa gitu aja nggak sabar.

7.      Tipe Pengendara Belum Cukup Usia
Selain belum punya SIM, biasanya anak-anak ini jauh dari pantas untuk mengendarai kendaraan. Masih piyik-piyik udah dipegangin kendaraan. Mana sering nggak patuh peraturan dengan tidak mengenakan helm, kebut-kebutan, sembarang ngegas. IMHO, mereka masih belum bisa berfikir rasional dan belum memiliki penghitungan matang dalam pengambilan keputusan, ketika harus menyalip, ketika harus mengurangi/menambah kecepatan. Seharusnya orang tua adalah rem dan pengendali utama anak-anak ini. Diberi pengertian dan batasan. Kan kalau terjadi apa-apa mereka juga kan yang rugi..

8.      Tipe Sasak-Bahu-Jalan-Biar-Cepet
Aku tipe orang yang ZBL dan KZL sama orang-orang macam ini. Satu, dia melanggar lalu lintas. Dua, dia mengambil hak dan keselamatan pejalan kaki. Tiga, ngerusak trotoar. Empat, ngerusak kendaraan dia (yang ini sih bomat). Ibu sering banget nih nyinyirin orang-orang macem ini. Balesannya? Dia ngeloyor begitu aja tanpa minta maaf. Sumpah, toyor-able banget.

9.      Tipe TUKANG BUANG SAMPAH DI JALAN
AKU SANGAT AMAT ZBL DAN KZL SEKALI sama orang-orang ini. APA SIH SUSAHNYA NYIMPEN ITU SAMPAH sampai ketemu tempat sampah? Apalagi mobil-mobil mewah yang buang sampah di jalan, itu gemezin banget. Once upon a time, ada sebuah mobil buang sampah sembarangan pas di lampu merah, dan tepat di sebelah saya! Apa yang saya lakukan? Saya pungut sampahnya, mengetuk jendelanya, dan meminta untuk membuangnya di temopat sampah atau menyimpannya dulu. Dan apa yang saya dapat? Dianya ngegas padahal ada genagan air dan otomatis saya... -____- *istighfar*
Lain hari, seorang gadis cantik yang tengah dibonceng pacarnya membuang sampah tepat di depanku ketika lampu merah. “Cantik-cantik kok buang sampah.” Nyinyirku keluar. Semua mata tertuju pada si gadis cantik tadi. Lalu dia salah tingkah, dia menepuk-nepuk bahu pacarnya suruh segera melaju. Pacarnya bingung, langsung ngegas dan hampir ketabtak. Aku salah... Aku salah... Bikin grogi mbaknya. *pungut sampahnya*

10.  Tipe Berkendara Dengan Pacar
Aku iri nggak tau dengan teori dan pemikiran orang macam ini. Jadi pas mereka nggak boncengin pacarnya, kecepatannya 80-100km/jam bahkan lebih. Tapi kalau lagi sama pacarnya, 35-60km/jam, sambil dibumbui rem-rem yang yahuuud. Girls, sadarkah kalian? Pacar kalian tempeleng-able banget, dan kamu masih aja mau diboncengin?

11.  Tipe Over-capacity
Keranjang gede kanan kiri yang sarat muatan, barang barang tergantung, dan di depan masih ada thethek bengek lain serta beban hidup yang bikin paling berat. Tiap liat, sebenernya aku kasihan sama motornya. Itu kalau motornya bisa ngeluh gitu mungkin minta pijet sama kerok tiap hari. Tapi tahukah dibalik itu semua, ada bapak/ibu yang mempertaruhkan nyawa untuk mencari sesuap nasi bagi anak-anaknya. Menempuh perjalanan jauh dengan beban yang subhannallah sekali. Saranku, kalau ketemu pengendara over-capacity kaya gini jangan berkendara terlalu dekat dengannya. Karena mereka agak susah mengendalikan kendaraannya, jadi kadang kewalahan kalau mau ngerem. Terus kalau kamu mau nyalip, pastikan ia stabil dulu atau cari jarak aman biar kamu nggak kesenggol.

Oke sekian ulasan tentang tipe-tipe pengendara kali ini. Kalau kamu menemuinya di jalan dan merasa ZBL, anggep aja itu ibu, ayah, adik, atau abangmu yang  ngelakuin. Jadi kamu bisa sedikit meredam amarah atau keinginan untuk nyinyir. Sekali lagi, seperti apapun tipe berkendara ibumu. Seperti apapun mengerikannya, tetaplah mau dibonceng beliau. *sungkem sama ibu*
 Dan ingat untuk selalu safety riding, utamakan keselamatan bukan kecepatan *ala ala suara mbak-mbak di lampu merah