Rindu
Kata
yang sedari tadi berkedip muncul dalam tiap ketikan kursor
Rindu
Yang
sering mengisi bait sendu
Atau
roman picisan yang terbalut lagu
Rindu
Harus
bertuankah sebuah rindu?
Lalu
dari manakah ia hadir lalu terus mengganggu?
Ia
seperti udara
Jangan
kau tanya milik siapa
Atau
kau berusaha menggenggam erat
Yang
dapat kau tahu hanya siapa pencipta dan siapa yang dikehendaki untuk
menghirupnya
Rindu
Serupa
mahkota dandelion terbang
Lalu
jatuh di berbagai tempat
Tumbuh
menjadi dandelion baru
Dan
engkau atau siapapun memetik dan meniupnya
Akan
terus terbang dan tumbuh dandelion-dandelion lagi
Rindu
Milik
siapakah kuasa sebuah temu?
Katamu
temu adalah penawar rindu(?)
Apakah
harus kuganti kata dan judul sajak lusuh ini menjadi ‘temu’ saja?
Bukankah
temu adalah klimaks dari sebuah rindu?
Lalu
mengapa justru rindu yang begitu bertebaran dan menyisip di antara sajak dan
mendominasi roman-roman?
Menyiksa?
Lalu
mengapa engkau menikmatinya?
Melelahkan?
Lalu
mengapa engkau terus menjalaninya?
Rumit?
Ya,
bahkan berbelit seperti bait-bait sebelumnya
Namun
engkau terus membacanya
Siksaan
imajiner yang begitu mempesona
Pengisi
sepi yang begitu lihai menyiksa
Yang
mengaku hadir karena jarak atau waktu
Rindu
Bahkan
engkau belum kenal dengannya bukan?
Namun
akhir-akhir ini kau sudah terlalu akrab dengannya
Lalu
tertuang dalam bait lusuh dan bisu
Sukoharjo, 03032015/01.38
bukan salah rindu, walau kita belum mengenalnya. :))
BalasHapusRindu tak salah, pun perindunya.
Hapus