“Awas Ta!” *nunduk*
KROSAAKKK BUKK SREETTTT
“Kan dibilangin awas. Kena kan.”
“Lah ibu bilangnya telat.”
Itulah cuplikan percakapan sebuah
adegan di mana seorang anak dibonceng ibunya, lalu tiba-tiba ada ranting dengan
daun rimbun menghadang di depannya. Dan tentu kamu tahu apa yang terjadi bukan?
Ibuku bukan seorang geng motor,
ataupun mantan komunitas suatu jenis motor. Boro-boro ikut geng motor, tiap
naik motor aja kecepatannya di bawah 50km/jam dengan bumbu-bumbu ngerem
mendadak dan nyinyirin orang yang sembarangan dalam berkendara (Oke, sekarang
kamu tahu kan aku nurun nyinyir dari siapa). Saking selow-nya berkendara kadang
aku sering ketiduran pas dibonceng, bangunnya? Pas ibu ngerem mendadak. Iya men,
ngerem MENDADAK pake tetep digas pula.
Dita (Perempuan, 18 tahun): *pegeng
es teh, nggak pake helm karna abis dijemput*
Ibu (Permpuan, 51 tahun): *Pake helm
dan berkendara dengan indahnya*
*Lalu negara api menyerang, ada seseorang
di jalan yang dikenal ibu*
Ibu: *ngerem mendadak* eh bu.. pripun
kabar?
Dita: *keselek es teh* *mukanya
nabrak helm*
Ibu paling ganas kalau lagi nyebrang.
Ngomel ke orang-orang yang nggak mau ngalah. Jadi istilah ‘Semakin ngebut,
semakin dekat dengan Tuhan’ sepertinya terpatahkan dengan cara berkendara ibu. Ibu
pelan-pelan aja bikin senam jantung.
Oke cukup nggibah ibu-nya *eh *anak
durhaka*
Kali ini kita akan membahas tipe-tipe
orang berkendara yang sering aku temuin mulai dari jalan raya (yaeyalah), hingga lampu merah.
1. Tipe Pembalap Tak Punya Arena
Tipe
ini sangat mudah ditemui di jalan-jalan. Didomonasi oleh anak muda dan
bapak-bapak. Mereka sudah tak peduli dengan nyawa sendiri, apalagi nyawa orang
lain. Salip kanan, salip kiri, gas pol, rem blong. Kalau jatuh? Kalau masih
diberi kesempatan sembuh dia bakal ngebut lagi. Kalau enggak? Yaudah, kan
seperti motto-nya ‘Semakin ngebut, semakin dekat dengan Tuhan’.
Gaes-gaes..
ingatlah gaes. Jalan yang buat kau ngebut itu bukan jalan embahmu (meskipun
embahmu juga ikut mbangun sekalipun sih). Banyak pengguna lain, yang ditunggu
keluarganya di rumah. Yang kadang nggak salah pun ikut nanggung gara-gara
kebiasaanmu ngebut itu menemui celaka.
2. Tipe Alon-alon Asal Kelakon
Melaju
antara 40-60km/jam, mepet ke pinggir, ngeremnya syahdu. Pengendara tipe ini
mayoritas adalah ibu-ibu dengan rok ‘cupet’ yang susah mindah gigi, atau kalau
matic syusah mengendalikan rok ketika mau berhenti.
3. Tipe Ngebut Enggak, Pelan juga Enggak.
Ini
masuk jajaran orang-orang safety riding. Mengutamakan keselamatan daripada
kecepatan. Tapi kadang ada juga yang melajunya di tengah-tengah, dan disalip
nggak mau, suruh cepet nggak mau. Kan zbl.
4. Tipe Anak Racing
Sepeda
motor prethelan, modif sana-sini, knalpot blong. Suaranya.. masyaallah. Anak-anak
ini sering ditemui di lampu merah dengan penampilan motor yang mencolok, dan
suara knalpot yang berisik. Digas-gas gitu. Bukan karna gaul, tapi kalau
berhenti digas mati mesinnya *elah. Kadang di jok belakangnya nangkring seorang
cewek pecel lele (pecinta celana legging leopard). Atau kalau di daerahku
sering dipanggil kimcil racing (tolong, please, jangan tanya kimcil itu apa. Cari
sendiri yess)
5. Tipe Ibu-ibu/Bapak-bapak Desperate
Lampu
sein yang hidup kanan, dia beloknya ke kiri. Kalau ketabrak, malah
ngomel-ngomel terus nyalahin yang nabrak. Padahal kan... syudahlah.
Awal
hari -> ngidupin motor -> belok kanan, idupin lampu sein kanan -> lupa
matiin -> belok lagi, nggak ngidupin lampu sein -> pulang, dimatiin dalam
keadaan lampu sein masih ke kanan -> besok lagi dihidupin, terus berangkat
baru tau kalau belum mati pas mau belok -> dimatiin, tapi nanti lupa lagi. Gitu
aja terus sampai negara api menyerang lagi.
Keep safety gaes
6. Tipe Lampu-Merah-Masih-3-Detik-Tapi-Udah-Jalan
Tipe
ini sebenernya kalau ditilik lebih mengerikan dibanding tukang ngebut. Bayangin,
ketika lampu merah masih tiga detik lalu dia udah ngebut sedangkan dari arah
kiri/kanan juga sama-sama ngebut padahal lampu udah kuning. Kamu tahu kan
kira-kira yang kan terjadi? Jadi hargailah lampu lalu lintas meskipun hanya
beberapa detik. Karena sesungguhnya kecelakaan lalu lintas hitungannya hanya
detik men! Hal ini juga berlaku di palang perlintasan kereta api. Please, apa
susahnya nunggu barang beberaopa detik atau menit sih demi nyawa? Nunggu jodoh
tak kunjung dateng selama bertahun-tahun aja kuat, masa gitu aja nggak sabar.
7. Tipe Pengendara Belum Cukup Usia
Selain
belum punya SIM, biasanya anak-anak ini jauh dari pantas untuk mengendarai
kendaraan. Masih piyik-piyik udah dipegangin kendaraan. Mana sering nggak patuh
peraturan dengan tidak mengenakan helm, kebut-kebutan, sembarang ngegas. IMHO,
mereka masih belum bisa berfikir rasional dan belum memiliki penghitungan
matang dalam pengambilan keputusan, ketika harus menyalip, ketika harus
mengurangi/menambah kecepatan. Seharusnya orang tua adalah rem dan pengendali
utama anak-anak ini. Diberi pengertian dan batasan. Kan kalau terjadi apa-apa
mereka juga kan yang rugi..
8. Tipe Sasak-Bahu-Jalan-Biar-Cepet
Aku
tipe orang yang ZBL dan KZL sama orang-orang macam ini. Satu, dia melanggar
lalu lintas. Dua, dia mengambil hak dan keselamatan pejalan kaki. Tiga,
ngerusak trotoar. Empat, ngerusak kendaraan dia (yang ini sih bomat). Ibu
sering banget nih nyinyirin orang-orang macem ini. Balesannya? Dia ngeloyor
begitu aja tanpa minta maaf. Sumpah, toyor-able banget.
9. Tipe TUKANG BUANG SAMPAH DI JALAN
AKU
SANGAT AMAT ZBL DAN KZL SEKALI sama orang-orang ini. APA SIH SUSAHNYA NYIMPEN
ITU SAMPAH sampai ketemu tempat sampah? Apalagi mobil-mobil mewah yang buang
sampah di jalan, itu gemezin banget. Once upon a time, ada sebuah mobil buang
sampah sembarangan pas di lampu merah, dan tepat di sebelah saya! Apa yang saya
lakukan? Saya pungut sampahnya, mengetuk jendelanya, dan meminta untuk
membuangnya di temopat sampah atau menyimpannya dulu. Dan apa yang saya dapat? Dianya
ngegas padahal ada genagan air dan otomatis saya... -____- *istighfar*
Lain
hari, seorang gadis cantik yang tengah dibonceng pacarnya membuang sampah tepat
di depanku ketika lampu merah. “Cantik-cantik kok buang sampah.” Nyinyirku keluar.
Semua mata tertuju pada si gadis cantik tadi. Lalu dia salah tingkah, dia
menepuk-nepuk bahu pacarnya suruh segera melaju. Pacarnya bingung, langsung
ngegas dan hampir ketabtak. Aku salah... Aku salah... Bikin grogi mbaknya.
*pungut sampahnya*
10. Tipe Berkendara Dengan Pacar
Aku
iri nggak tau dengan teori dan pemikiran orang macam ini. Jadi pas mereka nggak
boncengin pacarnya, kecepatannya 80-100km/jam bahkan lebih. Tapi kalau lagi
sama pacarnya, 35-60km/jam, sambil dibumbui rem-rem yang yahuuud. Girls,
sadarkah kalian? Pacar kalian tempeleng-able banget, dan kamu masih aja mau
diboncengin?
11. Tipe Over-capacity
Keranjang gede
kanan kiri yang sarat muatan, barang barang tergantung, dan di depan masih ada
thethek bengek lain serta beban hidup yang bikin paling berat. Tiap liat,
sebenernya aku kasihan sama motornya. Itu kalau motornya bisa ngeluh gitu mungkin
minta pijet sama kerok tiap hari. Tapi tahukah dibalik itu semua, ada
bapak/ibu yang mempertaruhkan nyawa untuk mencari sesuap nasi bagi
anak-anaknya. Menempuh perjalanan jauh dengan beban yang subhannallah sekali.
Saranku, kalau ketemu pengendara over-capacity kaya gini jangan berkendara
terlalu dekat dengannya. Karena mereka agak susah mengendalikan kendaraannya,
jadi kadang kewalahan kalau mau ngerem. Terus kalau kamu mau nyalip, pastikan
ia stabil dulu atau cari jarak aman biar kamu nggak kesenggol.
Oke sekian ulasan tentang tipe-tipe
pengendara kali ini. Kalau kamu menemuinya di jalan dan merasa ZBL, anggep aja
itu ibu, ayah, adik, atau abangmu yang
ngelakuin. Jadi kamu bisa sedikit meredam amarah atau keinginan untuk
nyinyir. Sekali lagi, seperti apapun tipe berkendara ibumu. Seperti apapun
mengerikannya, tetaplah mau dibonceng beliau. *sungkem sama ibu*
Dan ingat untuk selalu safety riding, utamakan keselamatan bukan kecepatan *ala ala suara mbak-mbak di lampu merah